Segera setelah Al-Qur'an menerangkan
pertempuran satu sama lain antara Ya'juj wa-Ma'juj, ayat 102 menerangkan
persoalan Dajjal. "Apakah orang-orang kafir mengira bahwa mereka dapat
mengambil hamba-hamba-Ku sebagai pelindung di luar Aku?" (18:102). Ini
menunjukkan bahwa Al-Qur'an mempersamakan Dajjal dengan Ya'juj wa-Ma'juj.
Mereka diberi nama yang berlainan karena mempunyai dua fungsi yang berlainan.
Adapun mengenai identitas Ya'juj wa-Ma'juj
para mufassir tak sama pendapatnya. Ibnu Katsir berkata, bahwa Ya'juj wa-Ma'juj
adalah keturunan Adam, dan pendapat ini dikuatkan oleh Hadits Bukhari dan
Muslim. Menurut kitab Ruhul-Ma'ani, Ya'juj waMa'juj adalah dua kabilah
keturunan Yafits bin Nuh, yang bangsa Turki adalah sebagian dari mereka; mereka
disebut Turki, karena mereka turiku (ditinggalkan) di sebelah sananya tembok.
Selain itu, menurut uraian Al-Qur'an, terang sekali bahwa mereka adalah
sebangsa manusia, yang untuk menghalang-halangi serbuan mereka, terpaksa
dibangun sebuah tembok.
Adapun yang kedua, Ya'juj wa-Ma'juj
diuraikan dalam Al-Qur'an sbb : "Sampai tatkala Ya'juj wa-Ma'juj dilepas,
mereka akan mengalir dari tiap-tiap tempat tinggi" (20:96). Ternyata bahwa
yang dimaksud dengan kalimat "mengalir dari tiap-tiap tempat yang
tinggi" ialah bahwa mereka akan menguasai seluruh dunia. Menilik cara
Al-Qur'an menerangkan Ya'juj wa-Ma'juj dalam dua tempat tersebut, terang sekali
bahwa akan tiba saatnya Ya'juj wa-Ma'juj mengalahkan sekalian bangsa di dunia.
Dan terang pula bahwa pada waktu Al-Qur'an diturunkan, Ya'juj wa-Ma'juj sudah
ada, tetapi gerak-gerik mereka masih tetap terkekang sampai saat tertentu, yang
sesudah itu, mereka akan terlepas untuk
menguasai seluruh dunia.
0 comments:
Post a Comment