Ada beberapa masalah penting yang harus
diingat sehubungan dengan gambaran Dajjal yang termuat dalam Al-Hadits. Yang
pertama ialah bahwa ramalan Nabi Muhammad SAW tentang munculnya Dajjal itu didasarkan
atas kasyaf (visiun). Sebuah Hadits sahih dari Nawas bin Sam'an mengenai
Dajjal, yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidhi, terdapat kata-kata sbb:
"Seakan-akan ia (Dajjal) mirip dengan
"Abdul-'Uzza". Kata seakan-akan ini terang sekali menunjukkan bahwa
Nabi Muhammad SAW menggambarkan keadaan yang beliau lihat dalam visiun
(kasyaf); hal ini memberi keyakinan kepada kita bahwa ramalan beliau mengenai
Dajjal itu berasal dari kasyaf atau ru'yah. Tetapi pada waktu menceritakan
ramalan-ramalan itu, biasanya tak diterangkan bahwa kenyataan itu dilihat dalam
kasyaf atau ru'yah.
Apa-apa yang dilihat dalam ru'yah (kasyaf)
itu biasanya harus ditafsirkan. Al-Qur'an sendiri menceritakan beberapa impian,
yang artinya berlainan sekali dengan arti kalimatnya. Misalnya, dalam mimpi
Nabi Yusuf melihat matahari, bulan dan sebelas bintang bersujud kepada beliau.
Tetapi arti impian ini yang sesungguhnya ialah bahwa Allah akan menaikkan
derajat dan kedudukan beliau.
Selanjutnya dalam mimpi Raja melihat tujuh
ekor sapi kurus menelan tujuh ekor sapi gemuk. Adapun artinya ialah simpanan
gandum selama tujuh tahun musim baik akan habis dimakan dalam tujuh tahun musim
kering.
Dalam Hadits juga diriwayatkan impian Nabi
Muhammad yang artinya berlainan sekali dengan kejadian yang dilihat dalam
mimpi. Misalnya, dua gelang yang beliau lihat dalam mimpi, artinya, dua nabi
palsu; tangan panjang artinya dermawan. Selain itu, pada umumnya orang mengakui
bahwa ramalan-ramalan itu dibungkus dengan kalam ibarat.
Oleh karena itu, apa yang nomor satu harus
diingat sehubungan dengan ramalan-ramalan tentang Dajjal, ialah bahwa ramalan
itu penuh dengan kalam ibarat. Selanjutnya, karena ramalan itu tak berhubungan
dengan Hukum Syari'at, maka akan mengalami dua macam kesukaran.
Pertama, orang-orang yang menceritakan
ramalan itu kurang begitu hati-hati terhadap penyimpanan sabda yang diucapkan
oleh Nabi Muhammad SAW mengenai masalah ini, seperti hati-hati mereka terhadap
penyimpanan sabda beliau mengenai Hukum Syari'at.
Kedua, oleh karena tak ada alat untuk
mengetahui arti yang sebenarnya dari ramalan itu, sebelum ini menjadi
kenyataan, maka tak jarang terjadi bahwa ucapan Nabi Muhammad SAW itu keliru
ditangkapnya, sehingga kesan yang keliru ini mengakibatkan adanya penambahan
dan perubahan dalam Hadits itu.
0 comments:
Post a Comment