Mungkin orang akan bertanya, jika sekiranya
Dajjal dan Ya'juj wa-Ma'juj adalah dua sebutan yang berlainan untuk menamakan
satu bangsa, mengapa Al-Qur'an anya menyebutkan nama Ya'juj wa-Ma'juj saja, dan
tak sekali-kali menyebutkan nama Dajjal? Sebabnya ialah bahwa kata Dajjal,
sebagaimana kami terangkan di atas, artinya "pembohong" atau
"penipu", dan tak seorangpun suka disebut pembohong atau penipu,
walaupun ia benar-benar seorang pembohong atau penipu yang ulung.
Sebaliknya, oleh karena Ya'juj wa-Ma'juj
itu nama suatu bangsa, maka tak seorangpun akan merasa keberatan memakai nama
itu. Bahkan sebenarnya, bangsa Inggris sendiri telah memasang patung Ya'juj
wa-Ma'juj di depan Guildhall di London. Inilah sebabnya mengapa Al-Qur'an hanya
menggunakan nama Ya'juj wa-Ma'juj, dan tak menggunakan nama Dajjal yang artinya
pembohong. Sebaliknya, kitab-kitab Hadits menggunakan kata Dajjal, karena nama
Dajjal atau Anti Christ, dan ramalan-ramalan yang berhubungan dengan ini,
disebutkan dalam Kitab Suci yang sudah-sudah. Oleh karena itu, perlu sekali
dijelaskan bagaimana terpenuhinya ramalan-ramalan itu.
Selain itu, kata Dajjal hanya menunjukkan
satu aspek persoalan, yakni, kebohongan dan penipuan yang dilakukan oleh bangsa
itu, baik mengenai urusan agama, maupun mengenai urusan duniawi. Akan tetapi
terlepas dari sifat-sifatnya yang buruk, ada pula segi kebaikannya.
Dipandang dari segi duniawi, kesejahteraan
materiil mereka harus dipandang sebagai segi kebaikan mereka. Itulah sebabnya
mengapa dalam Hadits digambarkan, bahwa mata Dajjal yang hanya satu, yaitu mata
duniawi; gemerlap bagaikan bintang. Al-Our'an juga menerangkan keahlian mereka
dalam membuat barang-barang. Jadi julukan Dajjal hanyalah sebagian dari
gambaran bangsa itu.
Dalam Al-Qur'an, bangsa-bangsa Kristen
disebut "para penghuni Gua dan inskripsi" (18:9). Gambaran ini
menggambarkan dua aspek sejarah agama Kristen. "Para penghuni Gua"
merupakan gambaran yang tepat bagi kaum Kristen dalam permulaan sejarah mereka
karena pada waktu itu ciri khas mereka yang paling menonjol ialah hidup dalam
biara. Mereka meninggalkan sama sekali urusan duniawi untuk mengabdikan
sepenuhnya dalam urusan agama. Dengan perkataan lain, mereka membuang dunia
guna kepentingan agama.
Akan tetapi pada zaman akhir, mereka
digambarkan sebagai "Bangsa Inskripsi (ar-raqimi)". Kata raqmun
artinya barang yang ditulis. Kata ini khusus digunakan bagi harga yang ditulis
pada barang-barang dagangan, seperti pakaian dan sebagainya. Gambaran ini
mengandung arti penyerapan mereka yang amat dalam, dalam urusan duniawi, fakta
ini diuraikan dalam Al-Qur'an sbb: "Orang-orang yang usahanya menderita
rugi dalam kehidupan dunia ini" (18:104).
Jadi, bangsa Kristen yang pada permulaan
sejarah mereka membuang dunia untuk kepentingan agama, tetapi pada zaman akhir,
mereka membuang agama untuk kepentingan dunia; oleh sebab itu, mereka dikatakan
dalam Al-Qur'an sebagai "salah satu pertanda Kami yang mengagumkan"
(18:9). Sabda Al-Qur'an tersebut di atas adalah gambaran yang tepat tentang
kecondongan mereka kepada kebendaan. Oleh karena dalam urusan duniawi, mereka
lebih maju dari bangsa-bangsa lain, maka bangsa lain itu mengikuti mereka
secara membuta-tuli, karena terpikat oleh keuntungan-keuntungan duniawi yang
dijamin oleh mereka.
Jadi, bangsa-bangsa Kristen menyesatkan
bangsa-bangsa lain di dunia, bukan saja dengan pengertian yang salah tentang
Putra Allah dan Penebusan dosa, melainkan pula dengan cita-cita mengejar-ngejar
kebendaan secara membuta-tuli, dengan mengabaikan sama sekali nilai-nilai hidup
yang lebih tinggi. Oleh karena itu, dalam Hadits, mereka diberi nama Dajjal,
atau penipu ulung.
0 comments:
Post a Comment